watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KEKASIHKU PERMATA HATIKU

Katakanlah aku Fadly. Aku adalah laki-laki hampir
setengah abad yang kuno. Masa mudaku
kuhabiskan dengan menjadi aktivis dan aku pun
memegang sebuah yayasan sebagai pengurus
tetap. Aku menikah dengan istri yang kuno juga
dan anakku sudah besar bahkan sudah ada yang
kuliah dan bekerja. Aku sering mengajar (utusan
yayasanku tentu saja). Banyak muridku dan
kenalanku, aku pun sering berpergian ke segala
penjuru tanah air. Begitu banyak wanita yang
kutemui tetapi tidak pernah terlintas untuk melirik
ke wanita lain.

* * * * *

Sampai suatu hari, aku menemui seorang peserta
di kelasku berwajah manis, kulit coklat tua,
bertubuh tegap, memiliki payudara besar dan
pantat yang kencang (belakangan aku tahu dia
memang bekas olahragawati). Yang menjadi
perhatianku adalah dia alim dan kalem serta serius
sekali mengikuti pelajaran dan memang di akhir
kursus dia menduduki ranking pertama di
kelasnya dan nilai tertinggi selama 15 tahun
pendidikan ini dilaksanakan. Dua tahun tidak
kudengar kabarnya, sampai suatu saat kuketahui
bahwa tulisan di buletin dengan nama "Dhei"
yang selalu kuikuti adalah dia. Dan yang lebih
kaget lagi ketika kami memerlukan seorang
pengurus pusat yang kosong, 3 orang
mengusulkan dia. Singkatnya, jadilah dia
pengurus dan 2 tahun kemudian dia menikah
serta memiliki seorang anak balita. Kami sering
bersama-sama dan sering ke luar kota bersama
(suaminya bekerja di kota lain) dan lama
kelamaan kami bagaikan 2 orang sahabat, padahal
usianya 15 tahun lebih muda. Kami saling berbagi
cerita sampai akhirnya masalah sexualitas.
Kukatakan padanya bahwa aku sering gagal
dalam bercinta karena aku "peltu" (nempel metu),
ejakulasi dini. Mendengar itu dia hanya
tersenyum. Mungkin karena tekanan pekerjaanku
dan banyaknya problem, aku merasa sudah 10
tahun menjadi "peltu".
Suatu hari di kota B, pengurus lain sudah tidur,
kami masih mengobrol. Kulihat dia agak pincang,
rupanya terkilir dan terlalu lelah. Kucoba
mengurutnya sedikit di kamarnya, memang sakit
luar biasa. Dhei sosok agak tomboy, gemar t-
shirt dan celana pendek sewaktu santai. Setelah
mengurut kakinya, dia melanjutkan bekerja
dengan note-book sambil menonton TV, aku pun
merasa ngantuk dan tanpa kusadari aku tertidur
di kasurnya. Aku terbangun hampir 2 jam
kemudian dengan posisi telungkup dan tanganku
melingkar di pinggang Dhei (saat itu dia sudah di
sampingku duduk menonton TV). Ketika tahu aku
terbangun, dia menggodaku, "Mas Mas, maaf
yang punya badan belum pulang kampung."
Kami pun tertawa, tiba-tiba entah setan apa, aku
duduk di sampingnya dan langsung kutarik
wajahnya dan kukecup keningnya, perlahan-
lahan turun ke bibirnya. Dhei membalas
mengulum bibirku dengan lembut. Langsung
darahku bergejolak karena aku ini cuma manusia
kuno, berciuman pun jarang.

* * * * *

Dhei membuka celanaku perlahan-lahan dan dia
pun membuka celananya. Kami masih sama-
sama mengenakan t-shirt. Tiba-tiba aku teringat
dengan "peltu"-ku dan benar saja, ketika penisku
menempel pahanya, aku sudah mau meledak
hingga akhirnya keluar dalam waktu hanya
berciuman 2 menit. Betapa kecewanya aku,
mungkin juga dia. Padahal penisku tidak kecil,
diameter 3 cm, panjang 17 cm. Kusembunyikan
wajahku di samping wajahnya (saat itu aku
masih di atasnya), namun Dhei berkata sambil
memelukku, "Mas, kita coba lagi yah, kapan-
kapan, dalam suasana yang lebih rileks."
Tiga bulan kami tidak pernah membicarakan hal
itu, hanya saja dia kelihatan ceria dan sering
mencuri cium kepadaku. Aku senang melihat
semangatnya, sampai suatu hari tiba saatnya
kami harus ke luar kota lagi. Acara di sana 2
malam, tapi Dhei mengajakku untuk tinggal lebih
lama dengan tanggungan sendiri tentunya.
Dengan segala alasan, kami pun berpisah dengan
rombongan. Dhei memilih hotel baik dan
berbintang. Begitu kami sudah rileks di kamar, dia
mengajakku untuk mandi sama-sama. Darahku
mulai bergejolak lagi. Aku tidak pernah mandi
dengan istriku kecuali ia menyekaku 1 kali waktu
aku sakit. Aku disuruhnya ke kamar mandi lebih
dahulu, setelah hampir 10 menit baru dia
menyusul. Bagaikan memandikan seorang bayi,
dia membersihkan setiap celah yang ada di
tubuhku dan menyuruhku menggosok gigi. Dhei
pun melakukan hal yang sama. Kurasakan
penisku sudah menantang dan sudah ingin
meledak lagi. Tetapi Dhei tidak menyentuhnya
atau melakukan apapun yang bersifat
merangsang. Seperti acuh tak acuh saja.
Keluar dari kamar mandi, aku terkejut karena
sprei sudah diganti dengan bahan seperti perlak
bahkan dilapisi lagi sebuah plastik yang diberi
karet sudutnya seperti sprei agar bisa
disangkutkan di kasur. Aku langsung bertanya,
"Eyik, kamu mau bikin apa sama Mas?" Dhei
hanya tersenyum dan berkata, "Mau bikin Mas Ai
santai. Jangan khawatir, Eyik nggak akan bikin
sakit, kok." Dhei mematikan AC dan membuka
jendela (kami di lantai 11). Lalu aku direbahkannya,
dia mengambil cream yang bila terkena air
berbusa seperti sabun. Di samping tempat tidur
sudah ada botol mineral 600 ML sebanyak 4
botol. Digosok-gosokkannya cream yang sudah
terkena air ke tubuhku dan tubuhnya bagian
depan. Aku hanya bertanya-tanya saja
melihatnya.

* * * * *

Mulailah dia memijit dadaku dengan posisi
berlutut di sampingku. Perlahan-lahan dikecupnya
bibirku dan disedotnya dengan lembut bibirku.
Caranya menyedot khas sekali, dengan bibir
dalamnya dengan sedikit dimonyongkan
bibirnya, tapi rasanya menggelitik sekali.
Dimasukkannya lidahnya ke liang telingaku dan
mengulum serta menyedot daun telingaku.
"Mmmhh.." hanya itu saja yang keluar dari
mulutku. Tiba-tiba, kedua lututnya diletakkan di
samping tubuhku, dan Dhei memijit tubuh
depanku dengan tubuhnya. Oh, aku merasakan
kenikmatan awal. Dia melakukan gerakan
bergesekan tubuh ke atas ke bawah (karena kami
sama-sama dilumuri cream tadi), dan dia
melumat bibirku. Payudaranya yang besar dan
kenyal terasa sekali di dadaku. Baru saja aku
hendak membalas melumat bibirnya, tiba-tiba
Dhei berputar dan kini di hadapanku adalah bulu-
bulu vaginanya. Disanggahnya tubuhnya dengan
lututnya, sementara mulutnya sudah menghisap
kemaluanku dan tangannya mengurut pahaku.
Aku mulai mengerang karena penisku kejang dan
mau meledak, rupanya Dhei mengetahui itu dan
dikocoknya penisku dengan mulutnya sampai
aku menjerit kecil dan orgasme. Dihisapnya
sampai tidak setetespun tersisa.
Baru kusadari bahwa ini pengalaman pertamaku
di usia setengah abad penisku dihisap. Dhei
berdiri menggosok cream ke punggungnya dan
meletakkan telapak kakiku di atas kasur serta
memintaku menaikkan pinggulku. Kuturuti saja
dan kejutan baru, dia meluncur ke bawah
tubuhku dalam keadaan telungkup. Pantatnya
me-massage-ku dari bawah, digoyangkannya
dengan eksotik sekali. Punggungku seperti tidak
bertulang lagi. Tangannya dilingkarkan ke
tanganku ke atas kepala kami beberapa saat.
Kemudian dilingkarkannya kakinya ke kakiku,
dengan gerakan cepat, kami berbalik. Sekarang
aku yang telungkup, dia di punggungku.
Diraihnya sebotol air mineral, diteteskannya
perlahan ke sela pantatku, maksudnya untuk
dibersihkan. Setelah itu, "Ohh, Eyik.." dia memijat
sela-sela pantatku dengan lidahnya, memijat
lubang anusku sampai di bijiku. Dijilatinya balik ke
atas. Disedotinya perlahan-lahan ke bawah, dan
ke atas lagi. Spermaku berhamburan tidak
tertahankan lagi di atas sprei plastik.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com


Lalu dia memintaku untuk berposisi menungging,
dan dia meluncur lagi dari bawahku, kini dalam
posisi berhadap-hadapan. Dengan suatu gerakan,
kepala penisku (yang sudah tegang lagi), berada
di bibir vaginanya. Naluri laki-lakiku datang dan
langsung kugoyangkan pantatku sehingga
penisku keluar masuk di vaginanya. Aku benar-
benar menikmati dan tidak cepat orgasme lagi.
Tiba-tiba didorongnya aku sedikit dan penisku
keluar, dengan gerakan cepat aku ditolaknya ke
kiri dan dia bergerak ke kananku. Kini kami
berposisi melintang di tempat tidur, dalam
keadaan 69, aku masih di atas. Aku sempat
kehilangan kesadaran beberapa detik ketika
kurasakan penisku sudah dijilati dan dihisapnya,
sedangkan lututku sudah menyangga tubuhku.
Aku tidak pernah menjilat vagina sebelumnya,
tapi sekali itu, aku benar-benar buas memangsa
vaginanya dan kudengar dia pun mendesah
sambil mengangkat pinggulnya. Ternyata aku
suka sekali rasa vaginanya. Klitorisnya yang kecil
tapi menantang enak untuk digoda dengan
lidahku. Kelihatannya Dhei mulai mengejang, dan
perlahan-lahan dibaliknya tubuhku dan dia duduk
di atas perutku. Diarahkannya penisku ke dalam
vaginanya dan kami pun bercinta.
Diusapnya dadaku dengan air mineral, kemudian
dengan keahlian menyedotnya, disedotinya
puting susuku lembut dan bergantian. Tidak
kusangka, ternyata ada rangsangan lain karena
kukira puting laki-laki bukan penghantar
rangsangan. "Mmmhh, Eyik.. geli sekali," itu saja
yang kukatakan. Kuminta ia agar di bawah, dan
gantian aku yang mengusap payudaranya
dengan air mineral. Setelah itu kujilati dan
kusedoti perlahan-lahan, dia mengerang dan
dengan suara lirih sambil kami masih bercinta,
"Mas Ai nggak marah Eyik giniin?"
"Tentu saja tidak sayang, Mas bahkan nggak
percaya bisa begini."
Suaraku semakin lirih dan ngos-ngosan. Dhei
mulai mengejang dan mengerang, tapi katanya,
"Aku mau kita keluar sama-sama, Mas.. Eyik
tahan-tahanin, ya?"

* * * *

Akhirnya kami pun keluar bersamaan dan kami
benar-benar letih. Kuusap dadanya, kekecup
bibirnya. Tidak terasa kami sudah bermain-main
selama 3 jam dan sejak sore itu, aku merasa
kembali sebagai pejantan. Selama 3 hari 2 malam
di sana, kami bercinta sekitar 10 kali.
Tidak terasa 1 tahun telah berlalu. Saat ini Dhei
sedang berada di negeri Paman Sam karena
dikirim kursus oleh kantornya selama 3 bulan dan
baru berjalan 2 bulan. Aku sudah mulai uring-
uringan karena kami biasa berhubungan sex
minimal 5 kali seminggu. Dhei tidak pernah
menanggapi e-mailku yang bernada porno
kepadanya, jawabannya hanya seputar kursus
dan tempat-tempat yang dikunjunginya. Aku
mulai kesal dan karena usiaku yang sudah
terbilang tidak muda lagi, aku pun merasa Dhei
mulai meninggalkanku. Aku tidak pernah berhasil
berhubungan sex dengan istriku, masalah "peltu"
selalu terjadi lagi, padahal selalu berhasil dengan
Dhei. Tibalah hari di mana aku sudah kesal luar
biasa dan kutelepon Dhei dengan marah-marah,
menuduhnya yang tidak-tidak, dan kukatakan
bahwa aku tidak lagi mencintainya, dan
sebagainya, padahal dia sedang di tengah diskusi.

* * * *

Dengan mesra dia menjawab, "Eyik tetap milik
Mas, Eyik tetap sayang Mas, Eyik cuma sibuk."
Spontan kuteriaki dia, "Bohong!" sambil kubanting
teleponku.
Sekitar pukul 09.30 keesokan harinya, stafku
mengantar seorang kurir yang katanya ada
kiriman harus kuterima langsung. Punggung si
kurir masih kelihatan meninggalkan ruangan, aku
sudah berteriak gembira karena kekasihku
mengirimi tiket dan tertulis, "Masih mau jemput
Eyik pulang?" Luar biasa girang, dan segera
kutelepon lagi dia. Baru sebut hallo dan "Ticket.."
dia langsung menjawab, "Katakan lagi kalau Mas
sudah tidak cinta Eyik.." Dan kami pun tertawa.
Sudah 1 jam kutunggu dia di airport di negeri
Paman Sam, sampai aku tertidur di bangkunya
ketika sebuah kecupan hangat kurasakan di
bibirku. Kekasihku sudah di hadapanku dengan
sweater warna-warni dan topi warna cerah
senada yang memberi kesan manis pada
wajahnya. Tanpa pikir panjang kulumat habis
bibirnya karena aku begitu merindukannya
sampai dengan sedikit memaksa dia mengajakku
ke mobil sewaannya.

* * * *

Apartemen yang disewanya hanya memiliki 1
kamar tidur dengan 1 kamar mandi di kamar dan
ruang tengah yang bersambung dengan dapur
serta 1 toilet untuk tamu di dekat pintu masuk.
Apartemen kecil tapi kelihatan ekslusive. Kulihat
masakan yang sudah dingin. Rupanya pagi-pagi
sekali dia sudah masak, dan pergi untuk
menghadiri diskusi, makanya terlambat
menjemputku. Sambil memanaskan makanan,
kami mengobrol dan dia menanyakan kabar
keluargaku dan anaknya (aku memang setiap hari
mampir ke rumahnya untuk menengok anaknya)
. Selesai menyantap makanan yang lezat, seperti
biasa dia memintaku untuk mandi. Aku pun
memintanya untuk memandikanku. Disiapkannya
air hangat di bak berendam dan kemudian
pakaianku dilepaskan satu persatu.
Kerinduanku tak terbendungkan lagi.

* * * *

Langsung
kulepas juga pakaiannya dan kudorong dia ke
dinding kamar mandi. Kucium wajahnya,
lehernya, puting susunya kugigit sampai dia
merintih kesakitan. Kulumat-lumat payudaranya
dan turun terus ke perutnya sambil terus kujilati
dan kugigit. Aku masuk ke bak berendam yang
bentuknya bulat dan merebahkan kepalaku ke
pinggirannya sambil menarik tubuhnya. Dhei
mengerti dan dia membuka kakinya sambil
setengah berjongkok dan meletakkan vaginanya
di atas mulutku untuk kujilati. Mendengar
desahannya, semakin kubenamkan wajahku di
antara selangkangannya. Kujilati klitorisnya sambil
kusedot. Dhei meremas rambutku dan menarik
berlawanan arah seolah-olah ingin
melepaskannya, tapi aku semakin kuat
menghisap vaginanya sampai akhirnya tubuhnya
bergetar kuat dan kulepaskan karena dia sudah
orgasme dan sudah habis kusedot cairannya.
Belum puas kulampiaskan rinduku, dengan kasar
dia kusetubuhi di dalam air. Air bak
bergelombang dan sedikit luber karena goyangan
tubuhku yang hot dan Dhei mengerang mesra
sampai kami mencapai orgasme.

* * * *

Selesai mandi, aku rebahan di tempat tidur.
Diselimutinya dan dipijit-pijit punggungku. Kami
masih sama-sama bugil dan dalam sekejap aku
terlelap, letih karena perjalanan panjang. Aku
terbangun 3 jam kemudian dan mencium harum
kopi di meja samping tempat tidur. Rokokku pun
ada di sana. Wajah manis itu sudah di hadapanku
dengan t-shirt tipis dan celana pendek. Kukatakan
kerinduanku dan Dhei menjawabku, "Mas Ai,
selama kita di apartemen, Mas Ai tidak perlu
pakaian karena badan Mas tidak akan kering". Aku
masih memikirkan kata-katanya, Dhei mengambil
sebuah toples berisi madu dengan pipet kecil
yang unik. Dia mulai menanggalkan pakaiannya.
Suhu di luar berkisar 12º C, tetapi penghangat di
kamar bekerja baik, sehingga aku merasa hangat
walaupun tidak berpakaian seharian. Aku
dimintanya telungkup, dan kurasakan
punggungku ditetesi madu. Dibentuknya dua
garis lurus dari bahuku sampai ke pergelangan
kakiku. Setelah itu, madu itu dijilatinya mulai dari
kaki perlahan-lahan ke atas.
Sambil menindihku, dikulumnya daun telingaku.
Kurasakan bulu-buluku berdiri dan penisku mulai
bereaksi. Kemudian direnggangkannya pantatku
dan ditetesi beberapa tetes madu di sela-selanya
untuk dijilatinya juga. Oh, permainan baru yang
menyenangkan. Setelah selesai dengan
punggungku, aku ditelentangkan. Kini badan
bagian depanku ditetesi madu, seputar putingku,
perut, pangkal paha, penis, sampai jari kakiku.
Perlahan-lahan dikulumnya jari kakiku lalu naik ke
paha. Langsung ke perut dan putingku.
Dibersihkannya dengan lidahnya sampai ketika
kusentuh tidak ada lagi bekas-bekas lengket.
Ketiakku yang berbulu tidak begitu lebat juga
dijilatinya sampai aku mengerang menahan geli
bercampur nikmat. Aku hanya menutup mataku
karena kegelianku.

* * * *

Kini dia turun ke pangkal paha. Dipijatnya dengan
lidahnya dan dikulumnya bijiku. Lalu perlahan-
lahan dikulumnya penisku. Dijilat dan dikulum
kepalanya bergantian sampai akhirnya
dimasukkan total ke mulutnya. Lembut sekali
bibirnya. Aku memang heran dengannya, Dhei
selalu cool, masih muda tetapi tidak pernah
menunjukkan bahwa dia menggebu-gebu. Tetapi
permainannya, lebih lihai dari yang kutonton di
film-film blue.
Dalam keadaan penis tegak menantang, Dhei
mengajakku turun ke karpet dan
menyandarkanku di tempat tidur. Kini Dhei di
atasku memasukkan penisku ke vaginanya.
Payudaranya yang besar di hadapanku dan
sangat mengundang. Langsung kupegang kedua
tangannya dan kuletakkan di balik pantatnya
sehingga dadanya lebih membusung. Sambil
naik-turun, payudaranya kuciumi dan kuhisap
serta kugigit kecil dan kuremas-remas. Dhei
mendesah dan menggigit bibirnya. Ketika aku
sudah sangat tegang, tiba-tiba Dhei naik ke
tempat tidur dalam posisi merangkak. Tanpa pikir
panjang langsung kumasukkan penisku ke
vaginanya tetapi ternyata dilepaskannya dan
dimasukkan ke dalam anusnya. Aku bingung
bercampur aduk, apalagi yang diinginkan
sekarang, pikirku. Ternyata, enak sekali bermain
dengan anusnya yang masih kencang. Cukup
lama sampai aku rasa ada yang mendorong
dengan cepat di penisku. Seketika itu juga Dhei
berlutut menghadap penisku dan membuka
mulutnya. Spermaku langsung menyembur ke
mulutnya dan membasahi dagu serta dadanya
dan aku pun terkulai.

* * * *

Sekitar 15 menit kemudian, Dhei mengajakku
bilas. Dibilasinya tubuhku dan penisku. Setelah itu
dia menggandengku ke arah dapur (kami masih
bugil). Meja dapurnya terbuat dari batu dan
permanen. Dhei duduk di atas meja dan aku
duduk di kursi. Diletakkannya kakinya di atas
kedua pahaku. Melihat posisinya, penisku pun
langsung bereaksi. Kuhisap lagi payudaranya.
Kumain-mainkan dengan lidahku cukup lama. Dia
memelukku dan sesekali membungkuk
mengulum telingaku. Nafasnya mulai memburu
membuat dadanya semakin busung naik-turun.
Lalu kakinya kuangkat dan kulipat, kuletakkan di
atas meja menempel dengan pantatnya. Kini
giliran vaginanya yang kulumat-lumat dan
kusedot cairannya. Penisku mengeras lagi. Melihat
Dhei meronta kenikmatan, langsung aku berdiri
dan kutindih perlahan tubuhnya. Tangannya
meraih penisku dan dikocok pelan-pelan sambil
dimasukkan ke vaginanya. Kami bercinta lagi di
dapur dengan hot dan sama-sama mengerang
lebih berisik. Kali ini kami lepas erangan kami dan
kerinduan kami dengan berbagai posisi di meja
dapur dan tidak terasa sudah hampir tengah
malam ketika kami sama-sama meledak dan
mandi keringat. Aku bahagia karena sanggup
bertahan lebih dari 1 jam.

* * * *

Dua puluh hari kutemani Dhei di sana sampai
selesai kursusnya. Aku benar-benar heran melihat
Dhei, kursus, mengerjakan tugas, belajar dan
bercinta, tidur hanya 4 jam. Belum lagi
berbelanja, memasak dan mencuci pakaian kami.
Sesekali Dhei berenang, di apartemennya ada
kolam renang. Entah dari mana tenaga yang
dimilikinya, seperti tidak kenal lelah dan selalu
bersemangat. Aku selalu di dekatnya dan kuamati
apa yang dimakannya. Memang makanan sehat
semua. Tepat 14 hari di sana, kuhitung kami
sudah bercinta sebanyak 70 kali dan sisa 6 hari
berikutnya, sudah tidak kuhitung lagi. Kini
hubungan kami sudah berjalan 3 tahun, Dhei
adalah kekasihku dan permata hatiku yang sangat
kucintai. Dhei telah menumbuhkan kepercayaan
bahwa aku tidak punya kekurangan soal sex dan
aku pun berharap dapat tetap memilikinya
walaupun dengan cara seperti ini.

TAMAT



Adult | GO HOME | Exit
1/793
U-ON

inc Powered by Xtgem.com